PIPA KAPILER


Pipa kapiler menjadi bahasan yang paling menarik menurut saya karena saya menggunakannya pada Tugas Akhir saya. Pada Tugas Akhir saya, saya membandingkan panjang pipa kapiler untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sistem.

Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi pada sistem refrigerasi. Bentuk dari pipa kapiler ini berdiameter kecil dengan panjang tertentu. Panjang dan diameter dari pipa kapiler dapat di tentukan berdasarkan beban yang akan ditangani oleh sistem nantinya. Pemilihan ukuran diameter pipa dan panjang pipa dapat dengan mudah ditemukan dengan menggunakan software dari Danfoss. Pemilihan ukuran dan panjang pipa kapiler dapat dilihat di postingan saya sebelumnya.

Cara kerja dari pipa kapiler adalah refrigeran berfasa cair bertekanan tinggi dari liquid line akan masuk ke dalam pipa kapiler, perbedaan antara ukuran diameter liquid line, dan pipa kapiler  lah yang menyebabkan adanya pressure drop pada refrigeran, sehingga refrigeran bertekanan tinggi akan berubah menjadi tekanannya lebih rendah, karena tekanannya turun maka temperaturnya pun menjadi lebih dingin. Ketika luas penampang dari pipa berkurang, maka kecepatan fluida yang ada didalamnya akan bertambah, ketika kecepatan dari sebuah fluida bertembah cepat maka tekannya akan menurun. 
 
Pipa kapiler ini menurut saya memiliki beberapa keuntungan serta juga memiliki kekurangan. Keuntungan yang paling menonjol adalah harganya yang murah dan mudah untuk didapatkan. Namun, kekurangannya adalah pipa kapiler tidak dapat diaplikasikan pada sistem dengan ebban yang tidak stabil. Sistem yang tidak stabil biasanya memiliki beban pendinginan yang tinggi, dan juga terdapat defrost. 

Pipa Kapiler
Sumber : Wordpress.com

Pipa kapiler dapat mudah ditemui pada sistem yang stabil dan kapasitas pendinginan yang kecil misalnya pada kulkas. Pada kulkas sistem pendinginannya cukup stabil. Pipa kapiler tidak dapat digunakan pada sistem dengan beban yang tidak stabil karena pipa kapiler tidak dapat menahan laju dari refrigeran pada saat kompresor sedang bekerja, maupun saat kompresor sedang tidak beroperasi. 

Pada saat cut off ataupun pada saat kompresor mati, refrigeran dari sisi tekanan tinggi akan terus masuk ke sisi rendah (evaporator) sampai tekanan antara kedua sisi menajdi stabil. Pada kulkas, tidak emmbutuhkan waktu yang lama agar sistem kembali pada keadaan yang stabil. Sedangkan pada sistem yang ebsar dan bebannya cenderung berubah-ubah, dibutuhkan alat ekspansi yang mampu menahan laju dari refrigeran agar refrigeran tidak membanjiri evaporator yang akan berbahaya bagi sistem. Refrigeran dari sisi tekanan tinggi (setelah kondensor) fasanya adalah cair, apabila tidak diatur lajunya dan membanjiri evaporator, kemungkinan besar terdapat refrigeran berfasa cair yang akan masuk ke kompresor. Ketika kompresor kembali beroprasi, akan sangat berbahaya apabila ada refrigeran berfasa cair di dalamnya, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada kompresor.

Selain itu, kekurangan dari pipa kapiler adalah pipa kapiler tidak peka terhadap perubahan beban. Karena tidak terdapat sensor pada pipa kapiler sehingga pipa kapiler tidak dapat mendeteksi adanya perubahan beban. Berbeda dengan TXV yang dilengkapi bulb, sehingga akan mudah terdeteksi ketika terjadi perubahan beban, TXV dapat mengatur banyaknya refrigeran yang dapat masuk ke dalam evaporator. Ketika beban bertambah, valve pada TXV akan membuka lebar dan refrigeran akan masuk lebih banyak ke dalam evaporator, dan apabila beban menurun maka valve TXV akan sedikit menutup untuk mengurangi jumlah refrigeran yang masuk ke dalam evaporator.


Sekian pembahasan tentang pipa kapiler, pada postingan selanjutnya saya akan membahas Thermal Expansion Valve secara lebih detail agar lebih terlihat perbedaannya dengan pipa kapiler.





Komentar

Postingan populer dari blog ini